KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta hidayahnya kepada kita semua, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “SEBAB PLURALISME ILMU PENGETAHUAN”.
Dalam penyusunan makalah ini, kami tidak lupa
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu dalam proses
penelitian ini, sehingga kami dapat menyusun laporan penelitian ini
Dalam penyusunan laporan penelitian ini, kami berharap
semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.Kami
menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat di dalam laporan yang kami buat
ini, oleh karena itu kami memohon kepada para pembaca untuk dapat memberikan
tanggapan / masukan maupun saran yang sifatnya membangun agar laporan ini
menjadi lebih baik.
Makassar, 16 September 2015
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar………………………………………………………………… iii
Daftar
Isi……. ………………………………………………………………….1
BAB I :
PENDAHULUAN………………………………………………….….2
1.1 Latar
Belakang………………………………………………..……….…2
1.2 Rumusan
Masalah ……………………………………………………….3
1.3 Tujuan
penulisan………………………………………………………….4
1.4 Metode
Penulisan ……………………………………………………..…4
BAB II :PEMBAHASAN
……………………………………………………….8
A.
Pengertian Pluralitas………………………………………………….…..8
B.
Pengertian Ilmu Pengetahuan………………………………………….…8
C.
Pluralitas Ilmu Pengetahuan……………………………………………...8
D. Kebenaran Mengenai Kecenderungan Pluralitas Ilmu Pengtahuan………9
E. Sebab-Sebab Pluralitas Ilmu
pengetahuan………………………………12
F.
Pluralitas Jenis dan Sifat Ilmu
Pengetahuann……………………..….…14
BAB III PENUTUP………………………………………………………………………..18
1.1 Kesimpulan…………………………………………………….…...………..18
1.2 Saran…………………………………………………….….…….…………..19
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………20
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di dalam dunia filsafat, dikenal bahwa segala sesuatu yang ada
pasti berada dalam"substansi" dan "eksistensi". Substansi
adalah sifat hakikat suatu hal, sebagai inti-saridaripadanya, sehingga dengan
demikian menentukan jenis sebagai apa hal sesuatu itu.Sedangkan eksistensi
adalah bagaimana cara-cara keberadaan hal sesuatu itu. Suatu hal
bisaberada dengan banyak cara, menurut ruang, waktu dan kondisi tertentu.
Sebuah mejamisalnya, dalam keadaan tertentu, menurut ruang dan waktu tertentu
bisa menjadi berbagaimacam fungsi. Ketika dipakai untuk menulis, makan,
menerima tamu, dan melaksanakan ujian,bisa menjadi meja tulis, meja makan, meja
tamu dan meja ujian. Jadi, eksistensi menunjuk cara-cara keberadaan hal sesuatu
dalam wujud dan bentuk yang jamak.Seperti halnya contoh mejaitu tadi,
bersubstansitunggal, tetapi bereksistensi jamak menurut perwujudan dan
bentuknya.Begitupun tentang ilmu pengetahuan. Bahwa i1mu pengetahuan itu satu
dalam substansi,tetapi plural dalam eksistensi. Dalam Bab ini dimulai dengan
bahasan tentang pluralisasi ilmupengetahuan, yang kemudian ditutup dengan
bahasan tentang dinamika singularisasi ilmupengetahuan
Di
latarbelakangi oleh usaha manusia dalam mencukupi kebutuhan hidupnya, manusia
mengembangkan ilmu pengetahuan menjadi bermacam-macam.Ilmu pengetahuan yang
padamulanya hanya ada satu, kemudian berkembang menjadi semakin plural baik
secara kuantitatif maupun secara kualitatif.Secara kuantitatif, ilmu pengetahuan berkembang dari yang filisofis menjadi teoritisilmiah untuk kemudian semakin menjadi teknologis-praktis.Sedangkan secara kualitatif menjadi kelompok-kelompok ilmu pengetahuan alam, humaniora,
social dan ilmu keagamaan.Kemudian dari masing-masing kelompok itu berkembang
menjadi cabang-cabang dan ranting-ranting kecil seperti yang dapat disaksikan
pada kenyataan dewasa ini.
1.2. Rumusan
Masalah
Dalam makalah ini ada beberapa masalah yang akan dibahas,
agar pembahasan dalam makalah ini tidak lari dari judul ada baiknya kita
rumuskan masalah-masalah yang akan dibahas, antara lain :
1.
Apa pengertian Pengertian
Pluralitas ?
2.
Apa Pengertian Ilmu Pengetahuan ?
3.
Bagaimana Pluralitas Ilmu Pengetahuan?
4. Bagaimana Kebenaran Mengenai Kecenderungan
Pluralitas Ilmu Pengetahuan ?
5. ApaSebab-sebab Pluralitas Ilmu
pengetahuan?
6.
Bagaimana Pluralitas Jenis dan Sifat
Ilmu Pengetahuannn Pluralitas ?
1.3
Tujuan Penulisan
Adapun manfaat pembuatan makalah ini adalah :
1.
Agar mahasiswa mengetahui
pengertian pluralitas dan ilmu pengetahuan
2.
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang kebenaran kecendrungan
pluralitas ilmu pengetahaun
3.
Mahasiswa mampu menjabarkan apa
sebab pluralitas ilmu pengetahaun.
4.
Mahasiswa mampu menjabarkan
bagaiamana pluralitas jenis dan sifat ilmu pengetahuan pluralitas
1.4
Metode Penulisan
Metode
yang digunakan penulis adalah metode kepustakaan yaitu memberikan gambaran
tentang materi-materi yang berhubungan dengan permasalahan melalui literature
buku-buku yang tersedia, tidak lupa juga penulis ambil sedikit dari media massa
atau internet. Dan diskusi mengenai masalah yang dibahas dengan teman-teman.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pluralitas
Pluralisme
adalah sebuah kerangka dimana ada interkasi beberapa kelompok-kelompok yang
menunjukkkan rasa saling menghormati dan toleransi satu sama lain. Mereka hidup
bersama (koeksistesnsi) serta membuahkan hasil tanpa konflik asimilasi.
Pluralisme
adalah dapat dikatakan salah satu ciri khas masyarakat modern dan kelompok
social yang penting, dan mungkin merupakan pengemudi utama kemajuan dalam ilmu pengetahuan,
masyarakat dan perkembangan ekonomi.
Dalam sebuah
masyarakat otoriter atau oligarkis, ada konsentrasi kekuasaan politik dan
keputusan dibuat oleh hanya sedikit anggota.Sebaliknya, dalam masyarakat
pluralistis, kekuasaan dan penentuan keputusan (dan kemilikan kekuasaan) lebih
tersebar.
Dipercayai
bahwa hal ini menghasilkan partisipasi yang lebih luas dan komitmen dari
anggota masyarakat, dan oleh karena itu hasil yang lebih baik. Contoh
kelompok-kelompok dan situasi-situasi di mana pluralisme adalah penting ialah:
perusahaan, badan-badan politik dan ekonomi, perhimpunan ilmiah.
Bisa
diargumentasikan bahwa sifat pluralisme proses ilmiah adalah factor utama dalam
pertumbuhan pesat ilmu pengetahuan. Pada gilirannya, pertumbuhan pengetahuan
dapat dikatakan menyebabkan kesejahteraan manusiawi bertambah karena, misalnya
lebih besar kinerja dan perumbuhan ekonomi dan lebih baiklah teknologi
kedokteran.
Pluralisme juga
menunjukkan hak-hak individu dalam memutuskan kebenaran universal
masing-masing.
Pluralitas
yaitu keberagaman, ketika kita membaca tentang metode penelitian ada beragam
jenis penelitian seperti RnD, Kualitatif, Kuantitatif dari beberapa contoh ini
setiap jenis penelitian ini mempunyai karakteristik tersendiri. Ketika kita
berbicra secara umum dari karakteristik penelitian ini kita dapat menggunakan
cara penelitian kualitatif untuk digabungkan dengan penelitian RnD, semuanya
saling melengkapi, abaikan tetapi untuk filsafat mempunyai pandangan
tersendiri.
Pluralisme
menurut katanya berasal dari bahasa Inggris, pluralisme apabila menunjuk dari
Wikipedia bahasa Inggris, maka definisi (eng) pluralism adalah: “in the social
science, pluralism is a framework of in teraction which groups show sufficient
respect and tolerance of each other, that they fruitfully coexist and interact
without conflict or as simulation”. Atau dalam bahasa Indonesia: “Sesuatu
kerangka interaksi yang mana setiap kelompok menampilkan rasa hormat dan
toleran satu sama lain, berinteraksi tanpa konflik atau asimilasi (pembaharuan
atau pembiasaan).
Saat ini
pluralisme menjadi polemik di Indonesia karena perbedaan mendasar antara
pluralisme dengan pengertian awalnya yaitu pluralis sehingga memilki arti:
Pluralisme diliputi semangat religious, bukan hanya soal kultural, yang digunakan
sebagai alasan pencampuran anatara ajaran agama, sebagai merubah ajaran suatu
agama agar sesuai ajaran agama lain. Jika melihat kepada ide dan konteks
konotasi yang berkembang, jelas bahwa pluralisme di Indonesia tidaklah sama
dengan pluralisme sebagai pengertian dalam bahasa Inggris. Dan tidaklah aneh
jika kondisi ini memancing timbulnya reaksi dari berbagai pihak.Pertentangan
yang menjadi semakin membingungkan karena munculnya kerancuan bahasa.
Sebagaimana seorang mengucapkan pluralisme dalam kata non asimilasi akan
bingung jika bertemu dengan kata pluralisme dalam ani asimilasi, sudah
semestinya munculnya pluralisme pendapat agar tidak timbulnya kerancuan.
Pluralisme
agama sebagai objek persoalan yang ditanggapi dalam arti suatu paham yang
mengajar bahwa semua agama adalah sama dan karenannya kebenaran setiap agama
adalah relative, oleh sebab itu, setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim
bahwa hanya agamanya saja yang benar sedangkan agama yang lain adalah salah.
Pluralisme juga mengajarkan bahwa semua pemeluk agama akan masuk daan
berdampingan di surga. Bagi mereka yang mendefinisikan pluralism-non asimilasi,
hal ini disalah paham sebagai pelarangan terhadap pemahaman mereka dianggap
sebagai suatu kemunduran kehidupan berbangsa keseragaman memang bukan suatu
pilihan yang baik bagi masyarakat yang terdiri atas berbagai suku, bermacam
ras, agama dan sebagainya. Sementara di sisi lain bagi penganut definisi
pluralisme asimilasi, pelarangan ini berarti pukulan bagi ide yang mereka
kembangkan. Ide mereka untuk mencampurkan ajaran yang berbeda menjadi tertahan
perkembangannya.
B.
Pengertian Ilmu Pengetahuan
Ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal
dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut kedudukannya
tampak dari luar, maupun menurut hubungannya dari dalam.(Muhammad Hatta).
Ilmu adalah yang empiris, rasional, umum dan sistematik, dan keempatnya
serentak.(Ralp Ross dan Ernest Van Den Haag).Sedangkan
pengetahuan, kata dasarnya tahu, mendapatkan awalan dan akhiran pe
dan an. Imbuhan pe-an berarti menunjukkan adanya proses. Jadi menurut
susunan perkataannya, pengetahuan berarti proses mengetahui, dan
menghasilkan sesuatu yang disebut pengetahuan. Ilmu Pengetahuan
adalah kumpulan pengetahuan yang benar, mempunyai objek dan tujuan
tertentu dengan sistem, metode untuk berkembang serta berlaku universal yang
dapat diuji kebenarannya.(Cambridge-Dictionary 1995).Jadi,
Filsafat Ilmu Pengetahuan adalah cabang dari filsafat yang membahas tentang
ilmu pengetahuan.
Berbicara ilmu, sebagai hal yang
menjadi dasar dalam memberikan jawaban terhadap 3 pertanyaan pokok bagi ilmu.
Dimensi Ontologis berarti yang menjadi hakekat dari sebuah kenyataan.
Dimensi Epistemologis berarti mencari hubungan antara pencari ilmu dengan obyek yang
ditemukan.
Dimensi Aksiologis berarti kita mencari peran terhadap ilmu yang sedang kita dalami.
Untuk mencari
sebuah kebenaran yang dianggap sah tidak hanya 3 dimensi itu yang digunakan,
tetapi bahasa yang dipakai dan metodologi yang diterapkan juga turut
berpengaruh besar.
Cara kerja yang
digunakan Induksi
berawal dari pemikiran khusus ke umum,hasil dari pemikiran ini adalah hukum
umum. Berpusat pada data-data, caranya dengan menghindari hipotesis awal.Cara
kerjanya adalah dengan melakukan sebuah eksperimen untuk menentukn hukum umum.Deduksi berawal dari pemikiran umum
ke khusus,hasil dari pemikiran ini adalah bersifat khusus.Berpusat pada
penerapan prinsip-prinsip umum untuk memahami kasus-kasus yang kongkret.
Digunakan dalam bidang matematika seperti jumlah sisi pada segitiga berjumlah
3, dan hal itu sudah menjadi kesepakatan yang diterima umum. Dalam logika
“Silogisme” proses logis yang terdiri dari tiga bagian, dua bagian utama
premis, bagian terakir berupa perumusan hubungan yang terdapat antara kedua bagian
pertama dengan bantuan term. Sebagai contoh Setiap binatang harus makan, Nah
sapi itu binatang, Jadi sapi harus makan.
Bahaya yang
melekat dalam pemikiran induksi ialah bahwa kita terlalu cepat menarik suatu
kesimpulan umum dan menganggap sudah pasti sesuatu yang sama sekali belum
pasti. Generralisasi yang tergesa-gesa seperti “Rambut gondrong-Kurang
ajar”.Pemikiran Deduksi tidak menghasilkan hal yang baru, sebab kesipulan sudah
ada di bagian pertama, seperti contoh diatas.
Sebab-sebab keberadaan Filsafat Ilmu Pengetahuan itu di tentukan oleh
dua faktor, yaitu faktor intern dan faktor ektern. Faktor intern,
pengembangan pluralitas ilmu pengetahuan didasarkan pada sifat internal objek
penyelidikan yang terdiri atas bagian-bagian. Setiap bagian, karena khusus,
mengandung kebenaran lebih objektif, pasti dan dapat dipercaya. Atas dorongan
internal itu ilmu pengetahuan lahir dari filsafat dengan objek, metode, sistem,
dan kebenaran yang bersifat khusus. Faktor ekstern, faktor ini berupa
kenyataan bahwa perkembangan jumlah penduduk dunia sudah tidak berimbang lagi
dengan ketersediaan sumber daya alam. Fakta ini mendorong diperlukannya
pengetahuan khusus yang benar dan pasti dan bersifat praktis-teknis.
Pengetahuan demikian memiliki kemampuan reproduktif untuk mengolah sumber daya
alam sehingga dapa bermanfaat bagi usaha mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.
Dalam pemberdayaan ilmu pengetahuan dan teknologi, peran para ilmuwan
dan teknolog adalah penting dan menentukan demi tercapainya kedua sasaran
tersebut. Kerena, atas kemampuan dan tanggung jawab merekalah sebenarnya ilmu
pengetahuan dan teknologi ditemukan, dikembangkan, dan diberdayakan. Moralitas
dan perilaku etis mereka, baik yang keilmuwan maupun yang sosial,
sungguh-sungguh berfungsi sentral dan menetukan demi tercapainya tujuan
pemberdayaan IPTEK
Keberadaan
Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Dalam Paradigma Filsafat Ilmu Pengetahuan Secara
Ontologis, Epistemologis, Dan Etis.
Secara ontologis
menjelaskan bahwa pluralitas ilmu pengetahuan dan teknologi terikat dalam satu
kesatuan hubungan di dalam objek materi, yaitu manusia, alam, dan Sang
Pencipta. Disamping itu, juga terikat dalam satu kesatuan hubungan dalam objek
formanya (cara atau sudut pandang, dari sudut mana objek materi dipandang,
dipikirkan, dan ditinjau atau diselidiki), yaitu sudut pandang yang bersifat
universal. Menurut objeknya, baik yang material maupun yang formal, pluralitas
ilmu pengetahuan terikat dalam satu kesatuan sistem hubungan yang bersifat
interdisipliner dan multidisipliner.
Secara epistemologis
menjelaskan bahwa dalam rangka mencapai kebenaran objektif (ilmiah), metode dan
sistem apapun yang dipergunakan harus berdasarkan pada objek forma yang
bersifat ontologis interdisipliner dan multidisipliner. Sedemikian rupa
sehingga titik singgung (overlapping) antara disiplin yang satu dengan yang
lain menjadi tegas dan nyata. Hal ini akan sangat membantu terbentuknya sikap
ilmiah sebagai jalan yang tepat dalam pemberdayaan ilmu pengetahuan dan
teknologi sesuai dengan latar belakang keberadaanya.
Sedangkan secara etis,
maksudnya adalah menjelaskan masalah pertanggungjawaban ilmu pengetahuan dan
teknologi baik menurut dasar ontologis maupun epistemologis. Kecenderungan
intelektual epistemologis terhadap teknologi dan industrialisasi untuk
kelangsungan hidup memang tidak bisa ditunda-tunda, asalkan tetap dapat
difungsikan (pragmaticable) bagi ontologi kelangsungan kehidupan, yaitu
kehidupan yang berkeadilan.
C. Pluralitas Ilmu Pengetahuan
Keberagaman suatu pengetahuan yang
sistematis dan dapat diuji keberannya.Bisa diargumentasikan bahwa sifat
pluralitasme proses ilmiah adalah factor utama dalam pertumbuhan pesat ilmu
pengetahuan. Pada gilirannya, pertumbuhan pengetahuan dapat dikatakan
menyebabkan kesejahteraan manusiawi bertambah, karena misalnya, lebih besar
kinerja dan pertumbuhan ekonomi dan lebih baiklah teknologi
kedokteran.Pluralisme juga menunjukkan hak-hak individu dalam memutuskan kebenaran
universalnya masing-masing.
D. Kebenaran Mengenai Kecenderungan Pluralitas Ilmu Pengetahuan
Di dalam
buku “FilsafatIlmuPengetahuan”
dijelaskan bahwa sejauh apapun pluralitas ilmu pengetahuan berkembang, ternyata
tetap terikat oleh dua faktor, sehingga pluralitas itu tetap di dalam suatu identitas
yang utuh sebagai ilmu pengetahuan.Faktor
pertama adalah manusia sebagai pendukung (subjek) ilmu pengetahuan. Artinya
bagai-manapun pluralitas dan berbedanya ilmu pengetahuan, namun ia tetap dari
manusia, oleh manusia dan untuk kepentingan manusia dalam memenuhi kebutuhan
hidup dan kehidupannya. Fakor kedua
yang justru menentukan kecenderungan kearah kesatuan pluralisme ilmu
pengetahuan itu adalah karena sifat hakikat atau bawaan ilmu pengetahuan itu
sendiri.
Adapun kebenaran mengenai kecenderungan pluralitas ilmu pengetahuan
seperti telah dikemukakan sebelumnya, dapat diterangkan secara lebih detail
menurut dua cara sebagai berikut.
Pertama, ditunjau
dari segi manusia sebagai pendukung ilmu pengetahuan itu sendiri.Dalam diri
manusia terdapat suatu kodrat yaitu adanya dorongan ingin tahu.Kodrat manusia
semacam itu sesuai benar dengan perkembangan kebutuhan hidup dan kehidupannya.
Pada mulanya, kebutuhamn manusia itu bersifat sangat
sederhana, tetapi semakin lama semakin kompleks. Kebutuhan manusia yang
ternyata bergerak baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif, mendorong
perkembangan pengetahuan menjadi semakin plural, metodis dan sistematis, untuk
kemumdian ditingkatkan menjadi pengetahuan-pengetahuan praktis yang bersifat
lebih teknis. Kebutuhan akan pengetahuan yang demikian itu, lebih jelas dapat
dilihat pada sejarah perkembangan alam pikiran dan kebudayaan manusia.
Ketika jumlah manusia menjadi semakin berlipat
ganda manusia mulai bergeser pikirannya dan mulai mengambil jarak dengan
alam.Alam pikiran dan kebudayaan yang bersifat mitologis berubah dan berkembang
menjadi filosofis.Didalam alam pikiran demikian, alam dihadapi sebagai objek,
bukan sebagai subjek lagi. Manusia sebagai subjek, mulai mencari-cari
rahasia-rahasia alam, apa yang menjadi inti atau hakikat alam itu sebenarnya.Demikianlah ditemukan bahwa
alam sebenarnya bukanlah sesuatu yang begituspiritual dan misterius dengan
kekuatan hebat, sehingga manusia harus tunduk dan patuhterhadapnya.Alam,
hanyalah sesuatu yang material belaka yang berkedudukan di bawahmanusia, karena
manusia ada1ah makhluk spiritual. Lihatlah perkembangan alam pikiran
parafilosof Yunani Kuno yang pada umumnya menyimpulkan bahwa hakikat alam
adalah air, api,udara, bilangan, dan bahkan atom belaka (demokritos). Alam
pikiran filosofis itu kemudianberpengaruh kuat terhadap perkembangan dan
kemajuan pikiran dan kebudayaan manusia danmasyarakatnya. Semakin rahasia
dan hakikat alam diketahui, maka manusia semakin leluasadalam menguasai
dan memanfaatkan alam.Ditunjang oleh kepadatan penduduk dunia dan
menipisnya sumber daya alam, maka alampikiran filosofis tadi berkembang menjadi
semakin ilmiah, khusus, konkret, jelas dan pasti.Sedemikian rupa sehingga lebih
praktis, pragmatis dan fungsional. Alam pikiran dankebudayaan manusia berubah
dan berkembang menjadi fungsional.Dari alam pikiran fungsional inilah
kecenderungan manusia untuk menguasai alam menjadi kuat, sehingga
dapatmemanfaatkannya seoptimal dan semaksimal mungkin. Inilah yang disebut era
ilmupengetahuan dan teknologi yang embrionya sudah dapat dilihat mulai abad ke-16
dan 17 -an,ketika rasionalisme dan empirisme meletakkan batu pertama
pengetahuan yang konkret, jelasdan pasti. Alam pikiran fungsional ini, semakin
berkembang di atas angin sampai pada abaddewasa ini.Akibatnya, beberapa paham
seperti positivisme, materialisme dan pragmatism mendapat sambutan hangat dari
sementara manusia (bangsaabangsa) yang beralam fikiranmurni sekuler dengan
sistem kehidupan sosial feodalisme kapitalistik. Dengan sistem
teknologimoderen, kelompok bangsa tersebut dapat memanfaatkannya baik secara
eksploratif maupunsecara eksploitatif.Demikianlah apa yang diketengahkan di
atas, sebenarnya adalah merupakan akibat daripertumbuhan jumlah manusia yang
semakin tidak sebanding dengan sumber daya alam yangtersedia. Denganpotensi
sumber daya alam yang semakin menipis, manusia harus mengolahpikirannya secara
intensif dan efektif untuk menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi
gunamelipatgandakan sumber daya alam demi kelangsungan hidup dan kehidupannya.
Akibatnya,pengetahuan dan ilmu pengetahuan otomatis menjadi berkembang dalam
jenis dan sifat yangsemakin plural. Berbeda dengan dahulu, ketika
antara jumlah penduduk dunia masih sebandingdengan potensi sumber daya
alam, pikiran dan sikap hidup manusia masih sederhana.Dengandemikian kebutuhan
hiduppun masih sederhana, dan karena itu manusia tidak perlu mengolahpikiran
untuk mencipta teknologi seperti itu. Dalam kondisi demikian, kebutuhan
akanpengetahuan dan ilmu pengetahuan masih cukup sederhana baik jenis
maupun sifatnya.
Kedua,
berkaitan dengan kodrat ingin tahu manusia itu tadi, perkembangan ilmu
pengetahuan dapat ditinjau dari jenis, bentuk dan sifat objek materi ilmu
pengetahuan. Suatu objek materi, terlepas apakah berupa benda material ataupun
non-material seperti pendapat-pendapat, ide-ide, paham-paham dan sebagainya,
didalam dirinya sendiri memiliki banyak segi.
Secara kualitatif, ilmu pengetahuan bekembang dari yang filosofis
menjadi teoritis ilmiah untuk kemudian semakin menjadi
teknologis-praktis.Sedangkan secara kuantitatif, menjadi kelompok-kelompok ilmu
pengetahuan alam, humaniora, sosial, dan ilmu-ilmu keagamaan.Kemudian dari masing-masing
kelompok itu berkembang-kembang menjadi cabanggcabang dan ranting-ranting
kecilseperti yang dapat disaksikan pada kenyataan dewasa ini. Sekali lagi
perkembangannya yangdemikian adalah dilatar-belakangi oleh usaha manusia dalam
mencukupi kebutuhan hidupnya,berdasarkan kodrat manusia yang selalu ingin tahu
secara jelas dan benar mengenai segala-sesuatu.
E. Sebab- Sebab Pluralitas Ilmu
Pengetahuan
Bagi manusia, kebenaran universal adalah merupakan
suatu kebutuhan yang amat berguna untuk memperluas pandangan atau wawasan yang
kemudian dapat membentuk suatu pandangan hidup atau filsafat hidup.Dapat
dipahami bahwa sesungguhnya yang diperlukan manusia dalam rangka menentukan
dasar dan tujuan hidup adalah pengetahuan yang benar secara menyeluruh, yang
bersifat prinsipal dan cenderung tidak berubah-ubah.
Dengan
filsafat hidup, berarti manusia dapat memahamiarti dirinya (substansinya).
Selanjutnya, berdasar pada pemahaman atas dirinya itu, manusia dengan demikian dapat menempatkan keberadaannya (eksisstensinya)
secara tepat dalamhubungannya dengan alam di dalam menjalani hidup dan
kehidupannya. Jika demikian halnya,maka berarti manusia akan lebih mengetahui
tujuan hidup ke mana ia harus mengarahkan hidup dan kehidupannya itu. Dengan
adanya tujuan hidup inilah, kemudian manusia dapatmenciptakan pedoman hidup,
sikap hidup, cara hidup dan tingkah laku hidup sehari-hari.Akan tetapi,
filsafat hidup itu seringkali justru berbenturan dengan realitas
kehidupansehari-hari. 'Menolong' orang lain adalah suatu bentuk filsafat hidup
yang baik. Tetapi ternyatatidak setiap perilaku menolong itu bisa membuahkan
kebaikan.
Karena
bisa saja menolong justru menjadi penyebab dari perkembangan
sifat pemalas. Kiranya, penerapan filsafat hidupharus
mempertimbangkan ketepatan sasaran objek. Menolong orang lain
haruslahmempertimbangkan secara bijak, apakah orang lain itu memang
memerlukan pertolongan atautidak. Jadi penerapan filsafat hidup seharusnya
mempertimbangkan relevansinya dengankeadaan nyata (real conditions), harus
ada hubungan kausal.Jadi, dapat dipahami bahwa sesungguhnya yang diperlukan
oleh manusia dalam rangkamenentukan dasar dan tujuan hidup adalah pengetahuan
yang benar secara menyeluruh, yangbersifat prinsipial dan cenderung tetap tidak
berubah-ubah.Hal itu penting agar kehidupanmanusia tidak terombang ambingkan
oleh pluralitas kebutuhan yang selalu bergerak danberubah-ubah ke arah
pragmatisme positivistik.
Meskipun dalam kehidupannya, manusia mutlak membutuhkan pengetahuan yang
benar secara umum dan universal.Tetapi, seiring dengan percepatan pertumbuhan
penduduk dunia yang makin mengancam kelangsungan hidup, maka manusia memerlukan
pelipat-gandaan produksi barang-barang komsumtif sebagai kebutuhan hidup
keseharian. Pada dasarnya pengetahuan umum universal (filosofis) ternyata
tidak mampu menjawab persoalan konkret keseharian seperti masalah pemenuhan
kebutuhan makanan, minuman, pakaian, perumahan, dan peralatan hidup lainnya.
F.
Pluralitas Jenis dan Sifat Ilmu
Pengetahuan
Sebagaimana
telah dibahas di atas, bahwa pemahaman tentang pluralitas jenis dan sifatilmu
pengetahuan dapat dilakukan melalui 2 (dua) cara, yaitu menurut baik 'objek
materi'maupun 'objek forma'. Dengan kata lain, suatu jenis ilmu pengetahuan
dengan sifat khususnyaadalah sangat ditentukan oleh objeknya, dalam artian
termasuk jenis objek apa dan menurutsegi yang bersifat bagaimana penyelidikan
ilmu pengetahuan itu dilakukan
Adapun menurut 'objek materinya', ilmu pengetahuan biasanya dibedakan atas 'limupengetahuan
Alam' (natural sciences), yang objek materinya berupa badan-badan benda
mati(anorganic), benda hidup tetumbuhan (vagefafiva), dan hewan (zoologia);
'Ilmu PengetahuanKemanusiaan' (human sciences) dan 'limu Pengetahuan Sosial'
(social sciences), yang objekmaterinya berupa manusia dalam pelbagai taraf
hidupnya; serta 'Ilmu Pengetahuan Ketuhanan'(theology), yang objek
materianya adalah Tuhan Sang Pencipta.Secara lebih tegas dapat dijelaskan
demikian. IImu Pengetahuan Alam mempelajari gejala-gejala (fenomena-fenomena)
alam, baik yang organik (badan benda hidup) maupun yang an-organik (badan benda
mati). Yang pertama melahirkan i1mu hayat atau 'biological sciences',meliputi
zoologi, botani, mikrobiologi, biokimia dan biofisika. Sedangkan yang
keduamelahirkan ilmu alam atau 'physical sciences', meliputi fisika, kimia,
astronomi dan ilmu bumi.Klasifikasi yang lebih rind lagi (Oardiri:
1986).Selanjutnya, Ilmu Pengetahuan Kemanusiaan memperlajari masalah manusia
dankebudayaannnya. Oleh sebab itu, ilmu pengetahuan ini berintikah
masalah-masalah nilai-nilaimanusiawi.Hal ini berarti bahwa cakupan ilmu
pengetahuan ini meliputi segala sikap dantingkah laku moral manusia baik
terhadap diri sendiri, sesamanya, masyarakatnya, alamlingkungannya, maupun
terhadap causa primanya.
Dengan
ilmu pengetahuan ini diharapkanadanya perkembangan sikap dan watak kebudayaan
yang mampu menumbuhkan kesadaranakan nilai-nilai kemanusiaan sebagai titik
sentral ilmu pengetahuan jenis apapun.Hal ini wajarkarena i1mu pengetahuan
adalah dari, oleh dan untuk kebahagiaan hidup dan kehidupan manusia. Adapun
yang tercakup di dalamnya meliputi antropologi, ilmu kebudayaan,
psikologi,sejarah, filsafat (etika), ilmu bahasa dan sebagainya.Khususnya
dalam kaitannya dengan taraf kehidupan sosial (tingkah laku manusia
dalamkehidupan bersama), kemudian melahirkan suatu cabang besar yaitu IImu
Pengetahuan Sosial(social sciences). Jenis ilmu pengetahuan ini
menitik-beratkan pada objek kajian yaitu kehidupan manusia dalam perbagai
perwujudan dan keadaan serta kepentingan sosial manusia.Di dalam dirinya
sendiri, i1mu pengetahuan ini terbentuk dari antropologi, sosiologi
danpsikologi. Ketiga komponen ilmu ini selanjutnya menjadi basis perkembangan
i1mupengetahuan sosial lainnya seperti politik, hukum, ekonomi, administrasi,
demografi,manajemen, komunikasi dan sebagainya.Sedangkan Ilmu Pengetahuan
Ketuhanan (theology), sering disebut ilmu pengetahuankeagamaan, mempelajari
Tuhan sebagai causa prima, keberadaan dunia, kehidupan manusiadan alam semesta
menurut ajarannajaran agama. Adapun jalan yang ditempuh adalah melaluikemampuan
pikiran baik secara analisis deduktif terhadap ajaran-ajaran agama
dankepercayaan maupun secara analisis induktif terhadap fakta-fakta konkret
yang menggejala didalam re~litas ini. Webster's New Collegiate
Dictionary menjelaskan Theologi
sebagai "the study of God andhis relations to the world
especially by analysis of the origins and teachings of an organizedreligious
community". Selanjutnya dalam Encyclopedia Americana, 1977, dijelaskan
bahwa"Theology, a term employed by classical authors to describe treatises
on the nature andworship of gods It is now applied to relations of God and man,
and has special reference of thepresent condition and ultimate destiny
of mankind".Keempat jenis ilmu pengetahuan itu masing-masing berada
di dalam substansinya sendiri-sendiri yang tentu saja berbeda-beda.
Adapun
perbeedaannya itu adalah memang merupakanbawaan kodrat dari jenis dan sifat
objek materi masing-masing.Selain itu, juga ditentukan oleh jenis dan sifat objek forma atau sudut pandang yang berbeda-beda. Ilmu pengetahuan alammisalnya,
karena objek materinya berupa hal-hal yang konkret, artinya yang berada di
dalamruang dan waktu tertentu, > berbentuk, berbobot, dapat diindera dan
karena itu dapat diukursecara pasti, maka ilmu pengetahuan ini cenderung bersifat
kuantitatif.Sedangkan ilmupengetahuan humaniora dan ketuhanan, mengingat
objeknya yang bersifat spiritual, makacenderung bersifat kualitatif.Sedangkan
ilmu pengetahuan sosial lebih cenderung berada di antara kedua ilmupengetahuan
terdahulu, karena memang objek materinya ada yang bersifat fisis konkret danada
yang spiritual abstrak.
Tegasnya ilmu pengetahuan sosial bisa bersifat
kuantitatif ataukahkualitatif, sepenuhnya tergantung kepada objek forma atau
sudut pandang yang ditentukan.Sedangkan menurut 'objek formanya', ilmu
pengetahuan dapat dibedakan menjadi ilmupengetahuan filosofis, ilmu pengetahuan
teoretis dan ilmu pengetahuan teknologis-praktis(terapan).Ilmu Pengetahuan
Filosofis, menyelidiki objek materinya dari sudut pandang yang umumseumum-umumnya
(universal), artinya dari pelbagai sudut sehingga dapat diperoleh
suatukebenaran yang sifatnya universal (kebenaran hakiki). IImu Pengetahuan
Teoretis, menyelidikiobjeknya dari sudut pandang yang bersifat umum-khusus
dengan mempergunakan metodeilmiah, sehingga dapat diperoleh suatu pengetahuan
umum menurut sudut pandang itu yangtersusun secara sistematik dan utuh. Sedangkan
yang Ilmu Pengetahuan Teknologis,menyelidiki objek materinya dari sudut pandang
yang bersifat praktis, jadi lebih khusus dankonkret dengan mempergunakan
metoda-metoda yang bersifat empirik-eksperimental,sehingga dapat diperoleh
pengetahuan khusus yang teknis dan praktis, siap dipakai untukmemproduksi
barang-barang kebutuhan hidup sehari-hari.
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Jadi, dapat disimpulkan bahwa
perkembangan pluralitas i1mu pengetahuan padahakikatnya mencerminkan upaya
kreatif manusia.Pada mulanya, manusia terdorong untuk sekedar mengetahui segala
sesuatu secara umum.Pada taraf ini manusia merasa puas dengan pencapaian
pengetahuan umum deskriptif.Selanjutnya, atas dorongan ingin tahu secara lebih
memuaskan, kegiatan penyelidikannya sampai pada taraf pengetahuan khusus,
konkret dan rinci.Dari pengetahuan demikian, manusia mendapatkan kepastian
hipotetik tentang hakikat keberadaan segala sesuatu ini.Pengetahuan inilah yang
kemudian mendorong kreatifitas manusia merumuskan sistem teknologi dengan
kemampuan reproduksi tinggi yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup dan
kehidupan.Pluralitas ilmu pengetahuan mencerminkan upaya kreatif manusia
sebagai khalifatullah, yang pada akhirnya tertuju pada satu sasaran yaitu
mutlak bagi kelangsungan kehidupan manusia di dalam alam yang ekologis.Dalam
kehidupan modern seperti ini sikap saling menghargai perbedaan sangat dan harus
ditonjolakan, sebab ketika kita tidak mampu menghargai perbedaan sudah pasti
akan terjadi perselisihan, misal di dalam kerja kelompok dalam tugas kuliah.
Seperti Indonesia yang multi etnis terdiri dari agama,ras peran agama juga
sangat penting, di sekolah melalui pembelajaran agama harus lebih jauh lagi
memilih bahan yang dikembangkan dengan baikdan metode pengajaran yang strategis
yang menyoroti pemhaman agama secara menyeluruh, pengajaran dengan menghargai
perbedaan agama tanpa kehilangan identitas sebagai pengikut agama tertentu
Dari semua keanekaragaman teori
yang ada sesuai tema yaitu Pluralitas saya dapat menyimpulkan bahwa ketika
pendapat orang yang belum sempurna atau masih mempunyai kekurangan kita dapat
melengkapi atau pun menyempurnkan menjadi lebih baik lagi, intinya adalah dari
semua perbedaan yang ada harus saling melengkapi dan menghargai perbedaan.Semua
ilmu bertemu dan berkumpul menjadi satu dan oleh filsafat mencoba
mempertanyakan keabsahan metodologinyadan juga mengkritisi isi dari ilmu
tersebut sampai padasebab yang terdalam dan ideologi yang ada di baliknya.
Keanekaragaman akan sangat membuka peluang yang
besar bagi manusia untuk saling bekerjasama untuk menciptakan kehidupan bersama
dan yang terpenting adalah memcahkan persolan global melalui kerjasama lintas
ilmu. Serta menjadi tantangan hidup manusia untuk berkompetisi secara sehat.
Selama masih ada kehidupan pasti akan terus terjadi perubahan
1.2
Saran
Mungkin inilah yang diwacanakan pada
penulisan makalah ini meskipun penulisan ini jauh dari sempurna minimal kita
mengimplementasikan tulisan ini. Masih banyak kesalahan dari penulisan makalah
ini, dari saya pribabdi juga butuh saran atau kritikan agara bisa menjadi
motivasi untuk masa depan yang lebih baik dari masa sebelumnya. Saya juga mengucapkan
terimakasih atas dosen pembimbing mata kuliah Filsafat Bahasa Bapak Prof. Dr.
Jufri.A.P., M.Pd yang telah memberi saya tugas ini demi kebaikan diri sendiri
dan untuk bangsa dan negara.
DAFTAR PUSTAKA
1.
CB.Mulyatno. (2013). Filsafat
Ilmu Pengetahuan Membuka Cakrawala Pada Pluralitas Ilmu. Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma.
2.
W.Poespoprodjo dan BIBLIOGRAPHY
Gilarso. (2006). Logika Ilmu Menalar. Bandung: Pusaka Grafika.
4.
http://guruoemarsabri.blogspot.com/2012/05/filsafat-ilmu.html
0 Comments