PPL UNM 2018 UNIT SMA ISLAM ATHIRAH 1 MAKASSAR
VERONIKA BUNNA.
PENDIDIKAN BAHASA JERMAN
3
bulan mungkin akan terasa lama ketika pertama kali mengetahui untuk PPL di
sekolah ini. Memang benar pepatah mengatakan tak kenal maka tak sayang. Sebelum
mengenal sekolah ini lebih mendalam pertanyaan pertama yang muncul dalam benak
saya, apakah saya mampu untuk mengajar di sekolah ini. Saya lahir dan besar di
Makassar dan saya mengetahui terlebih dahulu bahwa sekolah ini memang adalah
sekolah swasta favorit ( famous) di Makassar. Bukan pertama kalinya saya
menginjakkan kaki di sekolah ini, tepat 5 tahun yang lalu ketika saya
mengikuti OSN dan sekolah ini
menjadi salah satu tempat olimpiade
science.
Begitu banyak keraguan yang muncul apakah kemampuan saya yang
didapatkan selama kuliah di kampus dapat saya realisasikan di sekolah swasta
yang terkenal ini. Semua permulaan memang susah,dan benar yang saya alami
bahwa, saya merasa kesulitan untuk beradaptasi dengan sekolah ini, bukan hanya
dengan keadaan sekolah bercirikan islami tetapi juga dengan segala peraturan
yang dimilikinya. Secara pribadi saya tidak merasa dikhususkan bahwa saya
non-muslim tetapi saya diperlakukan sama halnya dengan mahasiswa PPL lainnya.
Hanya saja dalam pembuatan RPP dalam hal rujukan spritual saya tidak diharuskan
untuk mengisi form tersebut. Saya bersyukur dengan ditempatkan di sekolah
bercirikan Islam ini, saya mendapatkan makna toleransi yang begitu jelas. Jika
di sekolah lain mungkin akan biasa-biasa saja dalam melihat toleransi, tetapi
ketika saya PPL di sekolah ini yang paling berkesan adalah rasa saling menerima
perbedaan. Pelangi sangat indah karena terdiri dari warna –warna yang berbeda.
Warna pelangi masing-masing indah dengan warnanya, tetapi lebih indah ketika
warna-warna itu menyatu.
3
bulan terasa begitu cepat untuk mengenal kata perpisahan. Seiring berjalannya
waktu, kejenuhan mulai terkalahkan dengan bertemu dengan orang-orang baru (
siswa, guru, bahkan sesama mahasiswa PPL ). Terkhusus dengan guru pamong. Kesan
pertama yang saya dapatkan ketika dipertemukan dengan guru pamong ada rasa
minder akan ilmu yang saya miliki. Saya takut akan besarnya ekspetasi guru
pamong dengan kemampuan mahasiswa PPL. Tetapi kami bertiga jurusan bahasa
Jerman ( saya, Fikar, dan Kiki ) ingin membuktikan bahwa kami bisa dan kami
mampu menjalani PPL di sekolah ini dengan segala kekurangan dan kelebihan kami
masing-masing. Kami bertiga berusaha untuk saling melengkapi kekurangan dan
saling support satu sama lain. Saya sangat bersyukur bisa mendapatkan Guru
Pamong seperti Herr Gunawan.
Totalitas
seorang guru pamong dimiliki oleh Herr Gunawan. Beliau guru yang fleksibel
tetapi sangat detail melihat kekurangan dan kelebihan kami masing-masing,
beliau tidak pernah mengabaikan kami dalam hal belajar mengajar. Kami terus
didampingi bahkan dibimbing untuk menjadi guru yang mengikuti perkembangan zaman.
Banyak hal yang saya dapatkan dari Herr Gunawan mulai dari persiapan mengajar (
materi, alat peraga,dsb ) yang baik hingga attitude seorang guru dalam
menghadapi siswa dengan latar belakang ekonomi menengah ke atas. Setiap kali
kami belajar mengajar Herr Gunawan akan mendampingi kami di dalam kelas, bahkan
sesudah itu kami akan dievaluasi sesuai dengan hasil pengamatan beliau dan
teman PPL sendiri ( Fikar dan Kiki ) sehingga ada begitu banyak masukkan dan
perbaikan dari ketiga sudut pandang yang berbeda. Hal ini yang sangat memberi
manfaat bagi saya sebagai mahasiswa PPL, karena dengan evaluasi menjadi feed
back bagi saya dalam mengajar. Herr Gunawan sebagai guru pamong juga tidak
begitu memaksakan kami mengajar dengan materi yang tidak sesuai dengan kemampuan
kami. Beliau tidak memaksa tetapi mengharuskan kami untuk lebih baik dengan
meningkatkan kemampuan berbahasa Jerman. Salah satunya kami diharuskan untuk
membuat pidato bahasa Jerman dan dipresentasikan. Hal ini bertujuan agar kami
bisa lebih menguasai kosa kata yang banyak dalam bahasa Jerman. Sebelum kami
mengajar kami selalu mengadakan Micro Teaching bersama Herr Gunawan dan Herr
Gunawan akan langsung memperbaiki materi kami.
Makna
toleransi, makna solider terdahap sesama teman PPL, dan menjadi guru yang
sesungguhnya yang dapat mengikuti perkembangan zaman. 3 hal utama yang saya
dapatkan selama PPL disekolah ini. Tetapi masih banyak lagi hal yang secara
tidak sadar saya telah dapatkan seperti sikap displin dalam segala hal
khususnya nilai religius ( kesadaran dalam menjalankan ibadah ).
Selain
mencari pengalaman mengajar di sekolah ini, saya juga mendapat pengalaman yang
sangat berharga yakni diantaranya ;
1.
Menjadi
panitia PTS dengan tugas pengepakan lembar soal dan jawaban siswa.
2.
Menjadi
pengawas PTS
3.
Menjadi pendampingi siswa kelas XII dalam Edu.Fair
4.
Membantu
( Volunteer Goethe Institut )Panitia Scince Film Festival
5.
Membantu
( Ibu Puspa ) tata usaha untuk menempelkan foto siswa dalam buku induk sekolah
6.
Membantu
Kepsek untuk mengetikan program kerja sekolah Athirah
7.
Membantu
( Pak Yoeran )menjilid RPP guru Athirah
8.
Menjadi
pendamping Gebyar dan Olimpiade Bahasa Jerman regional Indonesia Timur di SMAN
4 Maros
0 Comments