Apakah
filsafat ilmu pengetahuan itu? Seringkali orang berbicara tentang filsafat dan
ilmu pengetahuan tetapi tidak mengerti definisi dari imu pengetahuan.Istilah
dari filsafat berasal bahasa Yunani : ”philosophia”. Seiring perkembangan jaman
akhirnya dikenal juga dalam berbagai bahasa, seperti : ”philosophic” dalam
kebudayaan bangsa Jerman, Belanda, dan Perancis; “philosophy” dalam bahasa
Inggris; “philosophia” dalam bahasa Latin; dan “falsafah” dalam bahasa Arab.(
Pudjo Sumedi AS., Drs.,M.Ed. dan Mustakim, S.Pd.,MM,). Filsafat adalah ilmu ( pengetahuan ) yang meliputi kebenaran yang
terkandung didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi,
politik, dan estetika.( Aristoteles). Ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal
dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut kedudukannya
tampak dari luar, maupun menurut hubungannya dari dalam.(Muhammad Hatta).
Ilmu adalah yang empiris, rasional, umum dan sistematik, dan keempatnya
serentak.(Ralp Ross dan Ernest Van Den Haag).Sedangkan pengetahuan, kata
dasarnya tahu, mendapatkan awalan dan akhiran pe dan an.
Imbuhan pe-an berarti menunjukkan adanya proses. Jadi menurut susunan
perkataannya, pengetahuan berarti proses mengetahui, dan menghasilkan
sesuatu yang disebut pengetahuan. Ilmu Pengetahuan adalah kumpulan
pengetahuan yang benar, mempunyai objek dan tujuan tertentu dengan
sistem, metode untuk berkembang serta berlaku universal yang dapat diuji
kebenarannya.(Cambridge-Dictionary 1995).Jadi, Filsafat Ilmu Pengetahuan
adalah cabang dari filsafat yang membahas tentang ilmu pengetahuan.
Kehidupan
manusia tidak bisa dilepaskan dari yang namanya ilmu pengetahuan. Dengan kata
lain ilmu pengetahuan sangatlah berarti bagi kehidupan manusia. Manusia
mencurahkan seluruh pikiran dan tenaganya untuk memperoleh ilmu pengetahuan.
Seiring dengan semakin kompleksnya kehidupan manusia, manusia menciptakan
berbagai peluang dan sarana agar bisa eksis dan memenuhi kebutuhannya yang
semakin meningkat. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan manusia, maka ilmu
pengetahuan semakin berkembang. Sehingga muncul berbagai macam cabang ilmu
pengetahuan.
Ilmu
pengetahuan itu sendiri tidak bebas nilai. Artinya, ia bergantung pada pelaku
yang mengendarainya. Ilmu pengetahuan bisa dipergunakan secara positif dan
bermanfaat bagi kehidupan manusia jika dikendarai oleh orang yang bertanggung
jawab secara moral dan keilmuan untuk menyejahterakan manusia. Namun, ilmu
pengetahuan bisa sangat berbahaya jika digunakan secara membabi buta oleh
orang-orang yang serakah dan tidak bertanggung jawab demi memenuhi kepuasan
nafsu serakah manusia, yang bisa menyebabkan kehancuran bagi kehidupan manusia
itu sendiri.
Pada
dasarnya induk dari segala ilmu adalah filsafat, kemudian muncullah berbagai
macam ilmu pengetahuan sebagai cabang dari filsafat. Seiring dengan munculnya
berbagai macam masalah tentang ilmu pengetahuan, maka muncullah Filsafat Ilmu
Pengetahuan sebagai cabang dari filsafat yang mempelajari tentang hakikah
penyelidikan ilmu pengetahuan. Hakikat penyelidikan ilmu pengetahuan terdiri
dari 3 aspek yaitu hakikat abstrak, hakikat potensi, dan hakikat konkret. Hakikat
abstrak, penyelidikan ilmu pengetahuan menekankan pada pendekatan
interdisipliner dan multidisipliner sehingga substansi setiap objek materi
menjadi jelas dalam hal jenisnya. Hakikat potensi, pendekatan ilmu
pengtahuan menekankan pada pendekatan khusus, dari sudut tertentu. Sehingga
substansi tiap objek materi jelas dalm hal potensi. Hakikat konkret,
penyelidikan ilmu pengetahuan menekankan pada individualitas objek materi.
Sehingga tanggung jawab etis pengalaman ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi
jelas. Oleh sebab itu, filsafat ilmu pengetahuahn mempunyai sasaran pokok
berupa pengamalan secara benar menurut prinsip-prinsip etika.
Dewasa ini
muncul berbagai macam jenis ilmu pengetahuan khusus dengan objek studi yang
berbeda-beda. Terhadap objek manusia dan masyarakatnya, berkembang ilmu
pengetahuan humaniora dan ilmu pengetahuan sosial. Terhadap objek alam dan
anasir-anasirnya, berkembang ilmu pengetahuan alam meliputi fisika, kimia,
biologi, dan matematika. Terhadap objek ketuhanan, berkembang ilmu pengetahuan
agama meliputi teologi Islam, Kristen, Hindu, Budha dan sebagainya.
Berhubungan
dengan realitas kehidupan, Aristoteles berpendapat bahwa segala hal atau barang
(yang kemudian menjadi objek studi ilmu pengetahuan) selalu berada di dalam
sepuluh kategori. Kesemuanya itu dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu
substansi atau diri, aksidensia mutlak berupa kualitas dan kuantitas,
aksidensia relatif berupa hubungan ( relation), tindakan (action), derita
(passion), ruang (space), waktu (time), keadaan (situation), dan kebiasaan
(habit).
Pandangan
ini menjelaskan kepada kita bahwa setiap kegiatan ilmiah itu akan menghasilkan
tiga jenjang pengetahuan, yaitu pengetahuan filosofis substansial, pengetahuan
ilmiah-teoritis, dan pengetahuan ilmiah-praktis-teknologis. Ketiganya mempunyai
tanggung jawab ilmiah berbeda-beda mulai dari yang bertaraf filosofis,
ilmiah-teoris, sampai pada taraf yang paling khusus-konkret.
Dengan
demikian, kehadiran Filsafat Ilmu Pengetahuan ditengah-tengah pluralitas ilmu
pengetahuan dan teknologi ini menuntut suatu pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi secara interdisipliner atau multudisipliner, dan diamalkan secara
etis dan tidak bebas nilai. Upaya pengembangan dan pengamalan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang demikian itu terarah kepada dua sasaran pokok, yaitu untuk
memenuhi kebutuhan hidup manusia dan untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup
dengan sumber daya alamnya. Kedua sasaran pokok ini bisa tercapai, jika
pluralitas ilmu pengetahuan dan teknologi diberdayakan secara interdisipliner
atau multidisipliner.
Sebab-sebab
keberadaan Filsafat Ilmu Pengetahuan itu di tentukan oleh dua faktor, yaitu
faktor intern dan faktor ektern. Faktor intern, pengembangan pluralitas
ilmu pengetahuan didasarkan pada sifat internal objek penyelidikan yang terdiri
atas bagian-bagian. Setiap bagian, karena khusus, mengandung kebenaran lebih
objektif, pasti dan dapat dipercaya. Atas dorongan internal itu ilmu pengetahuan
lahir dari filsafat dengan objek, metode, sistem, dan kebenaran yang bersifat
khusus. Faktor ekstern, faktor ini berupa kenyataan bahwa perkembangan
jumlah penduduk dunia sudah tidak berimbang lagi dengan ketersediaan sumber
daya alam. Fakta ini mendorong diperlukannya pengetahuan khusus yang benar dan
pasti dan bersifat praktis-teknis. Pengetahuan demikian memiliki kemampuan
reproduktif untuk mengolah sumber daya alam sehingga dapa bermanfaat bagi usaha
mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.
Dalam
pemberdayaan ilmu pengetahuan dan teknologi, peran para ilmuwan dan teknolog
adalah penting dan menentukan demi tercapainya kedua sasaran tersebut. Kerena,
atas kemampuan dan tanggung jawab merekalah sebenarnya ilmu pengetahuan dan
teknologi ditemukan, dikembangkan, dan diberdayakan. Moralitas dan perilaku
etis mereka, baik yang keilmuwan maupun yang sosial, sungguh-sungguh berfungsi
sentral dan menetukan demi tercapainya tujuan pemberdayaan IPTEK.
Adapun
keberadaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam paradigma Filsafat Ilmu
Pengetahuan dapat dikategorikan secara Ontologis, Epistemologis, dan Etis.
Secara ontologis
menjelaskan bahwa pluralitas ilmu pengetahuan dan teknologi terikat dalam satu
kesatuan hubungan di dalam objek materi, yaitu manusia, alam, dan Sang
Pencipta. Disamping itu, juga terikat dalam satu kesatuan hubungan dalam objek
formanya (cara atau sudut pandang, dari sudut mana objek materi dipandang,
dipikirkan, dan ditinjau atau diselidiki), yaitu sudut pandang yang bersifat
universal. Menurut objeknya, baik yang material maupun yang formal, pluralitas
ilmu pengetahuan terikat dalam satu kesatuan sistem hubungan yang bersifat
interdisipliner dan multidisipliner.
Secara epistemologis
menjelaskan bahwa dalam rangka mencapai kebenaran objektif (ilmiah), metode dan
sistem apapun yang dipergunakan harus berdasarkan pada objek forma yang
bersifat ontologis interdisipliner dan multidisipliner. Sedemikian rupa
sehingga titik singgung (overlapping) antara disiplin yang satu dengan yang
lain menjadi tegas dan nyata. Hal ini akan sangat membantu terbentuknya sikap
ilmiah sebagai jalan yang tepat dalam pemberdayaan ilmu pengetahuan dan
teknologi sesuai dengan latar belakang keberadaanya.
Sedangkan
secara etis, maksudnya adalah menjelaskan masalah pertanggungjawaban
ilmu pengetahuan dan teknologi baik menurut dasar ontologis maupun
epistemologis. Kecenderungan intelektual epistemologis terhadap teknologi dan
industrialisasi untuk kelangsungan hidup memang tidak bisa ditunda-tunda,
asalkan tetap dapat difungsikan (pragmaticable) bagi ontologi kelangsungan
kehidupan, yaitu kehidupan yang berkeadilan.
Ada beberapa
manfaat mempelajari Filsafat Ilmu Pengetahuan yang disistematisasikan berikut
ini:
- Mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan perindustrian dalam batasan nilai ontologis.
- Mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan perindustrian dalam batasan nilai epistemologis.
- Mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan perindustrian dalam batasan nilai etis.
4. Sebagai konsekuensi kehadiran filsafat ilmu pengetahuan dalam peran fungsionalnya terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan perindustrian seperti itu, mendorong Perguruan Tinggi untuk kembali ke basis akademik tridarmanya. Karena akhir-akhir ini orientasi ilmiah Perguruan Tinggi di Indonesia terinfeksi krisis moral, akibat dari kecenderungan komersialisasi di segala lini. Virus orientasi komersial ini mengakibatkan pemberdayaan Tridarma terpotong-potong dan tidak sistematis antara komponen dharma yang satu dengan yang lainnya. Sehingga posisi dan fungsinya sebagai pembaru sosial hanya tertinggal di dalam isi pidato-pidato dalam acara-acara resmi. Di latarbelakangi oleh usaha manusia dalam mencukupi kebutuhan hidupnya, manusia mengembangkan ilmu pengetahuan menjadi bermacam-macam. Ilmu penge-tahuan yang padamulanya hanya ada satu, kemudian berkembang menjadi semakin plural baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Secara kuantitatif, ilmu pengetahuan berkembang dari yang filisofis menjadi teoritisilmiah untuk kemudian semakin menjadi teknologis-praktis. Sedangkan secara kualitatif menjadi kelompok-kelompok ilmu pengetahuan alam, humaniora, social dan ilmu keagamaan. Kemudian dari masing-masing kelompok itu berkembang menjadi cabang-cabang dan ranting-ranting kecil seperti yang dapat disaksikan pada kenyataan dewasa ini.
Di dalam buku “Filsafat IlmuPengetahuan” ini dijelaskan bahwa sejauh apapun pluralitas ilmu pengetahuan berkembang, ternyata tetap terikat oleh dua faktor, sehingga pluralitas itu tetap di dalam suatu entitas yang utuh sebagai ilmu pengetahuan. Faktor pertama adalah manusia sebagai pendukung (subjek) ilmu pengetahuan. Artinya bagai-manapun pluralitas dan berbedanya ilmu pengetahuan, namun ia tetap dari manusia, oleh manusia dan untuk kepentingan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupannya. Fakor kedua yang justru menentukan kecenderungan kearah kesatuan pluralisme ilmu pengetahuan itu adalah karena sifat hakikat atau bawaan ilmu pengetahuan itu sendiri. Mengenai hakikat ilmu pengetahuan baik secara ontologis, epistemologis, dan etika serta tanggung jawab pendidikan tinggi terhadap ilmu pengetahuan, semuanya di bahas di dalam buku “Filsafat Ilmu Pengetahuan” ini secara rinci dan mendalam. Buku ini bagus untuk pembaca yang ingin mengetahui tentang ilmu pengetahuan, baik macam-macamnya, cara memperoleh, dan penerapannya. semua tertera dalam buku ini dan dijelaskan dengan penjelasan yang mudah dipahami.
sumber :
Judul : Filsafat Ilmu Pengetahuan
Penulis : Suparlan Suhartono, Ph.D.
Penerbit : AR-RUZZ
Cetakan : 1, Agustus 2005
Halaman : 212 halaman
0 Comments