Bahasa merupakan alat komunikasi bagi manusia tanpa bahasa seseorang tidak dapat menyampaikan sesuatu kepada orang lain. bahasa juga merupakan sarana untuk bergaul.Sejak seorang bayi mulai berkomunikasi dengan orang lain, sejak itu pula bahasa diperlukan. Sejalan dengan perkembangan hubungan sosial, maka perkembangan bahasa seorang (bayi anak) dimulai dengan meraba dan diikuti dengan bahasa satu suku kata, menyusun kalimat sederhana dan seterusnya melakukan sosialisasi dan menggunakan bahasa yang kompleks sesuai dengan tingkat perilaku sosial’ Perkembangan bahasa selalu terkait dengan perkembangan kognitif yang berarti faktor intelek/kognisi sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan berbahasa. Seseorang yang tingkat intelektualnya belum berkembang dan masih sangat sederhana, bahasa yang digunakannya juga sangat sederhan
Bahasa remaja adalah bahasa yang telah berkembang dari lingkungan, dan dengan demikian bahasa remaja terbentuk dari kondisi lingkungan. Lingkungan remaja mencakup lingkungan keluarga, masyarakat dan khususnya pergaulan teman sebaya, dan lingkungan sekolah. Pola bahasa yang dimiliki adalah bahasa yang berkembang di dalam keluarga atau yang disebut bahasa ibu. Perkembangan bahasa remaja dilengkapi dan diperkaya oleh lingkungan masyarakat di mana mereka tinggal. Hal ini berarti pembentukan kepribadian yang dihasilkan dari pergaulan masyarakat sekitar akan memberi ciri khusus dalam perilaku bahasa. Bersamaan dengan kehidupannya di dalam masyarakat luas, anak (remaja) mengikuti proses belajar disekolah. Sebagaimana diketahui, dilembaga pendidikan diberikan rangsangan yang terarah sesuai dengan kaidah-kaidah yang benar. Pengaruh pergaulan di dalam masyarakat (teman sebaya) terkadang cukup menonjol, sehingga bahasa anak (remaja) menjadi lebih diwarnai pola bahasa pergaulan yang berkembang di dalam kelompok sebaya.
Dari kelompok
itu berkembang bahasa kelompok yang bentuknya amat khusus, seperti istilah
baceman dikalangan pelajar yang dimaksudkan adalah bocoran soal ulangan atau
tes. Bahasa prokem terutama secara khusus untuk kepentingan khusus pula. Dalam
berkomunikasi sehari-hari, terutama dengan sesama sebayanya, remaja seringkali
menggunakan bahasa spesifik yang kita kenal dengan bahasa ‘gaul’. Disamping
bukan merupakan bahasa yang baku, kata-kata dan istilah dari bahasa gaul ini
terkadang hanya dimengerti oleh para remaja atau mereka yang kerap
menggunakannya. Menurut Piaget (dalam Papalia, 2004), remaja memasuki tahap
perkembangan kognitif yang disebut tahap formal operasional. Piaget menyatakan
bahwa tahapan ini merupakan tahap tertinggi perkembangan kognitif manusia. Pada
tahap ini individu mulai mengembangkan kapasitas abstraksinya. Sejalan dengan
perkembangan kognitifnya, perkembangan bahasa remaja mengalami peningkatan
pesat. Kosakata remaja terus mengalami perkembangan seiring dengan bertambahnya
referensi bacaan dengan topik-topik yang lebih kompleks. Menurut Owen (dalam
Papalia, 2004) remaja mulai peka dengan kata-kata yang memiliki makna ganda.
Mereka menyukai penggunaan metaphora, ironi, dan bermain dengan kata-kata untuk
mengekspresikan pendapat mereka. Terkadang mereka menciptakan ungkapan-ungkapan
baru yang sifatnya tidak baku. Bahasa seperti inilah yang kemudian banyak
dikenal dengan istilah bahasa gaul. Di samping merupakan bagian dari proses
perkembangan kognitif, munculnya penggunaan bahasa gaul juga merupakan ciri
dari perkembangan psikososial remaja. Hal yang dominan terjadi pada tahapan ini
adalah pencarian dan pembentukan identitas. Remaja ingin diakui sebagai
individu unik yang memiliki identitas sendiri yang terlepas dari dunia
anak-anak maupun dewasa. Penggunaan bahasa gaul ini merupakan bagian dari
proses perkembangan mereka sebagai identitas independensi mereka dari dunia
orang dewasa dan anak-anak. Pengaruh lingkungan yang berbeda antara keluarga
masyarakat, dan sekolah dalam perkembangan bahasa, akan menyebabkan perbedaan
antara anak yang satu dengan yang lain. Hal ini ditunjukkan oleh pilihan dan
penggunaan kosakata sesuai dengan tingkat sosial keluarganya. Keluarga dari
masyarakat lapisan pendidikan rendah atau buta huruf, akan banyak menggunakan
bahasa pasar, bahasa sembarangan, dengan istilah-istilah yang kasar. Masyarakat
terdidik yang pada umumnya memiliki status sosial lebih baik, menggunakan
istilah-istilah lebih selektif dan umumnya anak-anak remajanya juga berbahasa
lebih baik. Telah disebutkan bahwa bahasa remaja diperkaya dan dilengkapi oleh
lingkungan sekitar tempat mereka tinggal. Remaja cenderung bergaul dengan
sesamanya, yaitu remaja usia sekolah. Dari pergaulan dengan teman sebaya ini,
kemudian timbul gaya atau pola bahasa yang mereka gunakan sebagai sarana dalam
proses penyampaian atau sosialisasi. Bahasa yang cenderung digunakan oleh
remaja ini, yaitu bahasa praktis, sehingga lebih mempermudah dalam proses
sosialisasi tersebut. Bahasa seperti ini
sering disebut sebagai “Bahasa Gaul”. Bahasa pergaulan ini bertujuan untuk
memberikan ciri khas atau identitas tertentu dalam pergaulan sesama remaja.
Terkadang, bahasa ini mereka bawa ke dalam lingkungan sekolah, sehingga
menyebabkan Guru/Pendidik kadang-kadang kebingungan dengan kondisi
siswa-siswanya yang berbahasa tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang
benar. Selain pergaulan teman sebaya, status sosial ekonomi keluarga juga
memiliki andil dalam mempengaruhi pola atau gaya bahasa remaja. Keluarga
terdidik yang pada dasarnya telah membawa kebiasaan-kebiasaan terdidik, baik
dari latar belakang pendidikan maupun latar belakang keluarganya, secara
langsung telah mempengaruhi cara berpikir dan berbahasa anak remajanya. Mereka
biasanya menggunakan bahasa yang lebih sopan dan fleksibel. Fleksibel disini,
dimaksudkan bahwa saat remaja berinteraksi dengan teman sebayanya, mereka
memiliki gaya dan kosakata yang sesuai. Begitu pula sebaliknya, saat mereka
berhadapan dengan orang dewasa, mereka juga punya cara tersendiri yang tentunya
lebih sopan. Sedangkan remaja yang berasal dari keluarga kurang terdidik,
umumnya menggunakan bahasa yang kasar, tidak terstruktur dan tidak fleksibel.
Hal ini disebabkan oleh minimnya pengetahuan orang tua akan pola perkembangan
anak-anaknya, khususnya perkembangan bahasanya. Dari uraian diatas, dapat
disimpulkan bahwa bahasa remaja sangat dipengaruhi oleh pergaulan dengan
sesamanya. Oleh karena itu,
peran lingkungan keluarga dan sekolah sangat dibutuhkan agar terdapat
keseimbangan diantaranya.
Bahasa memegang
peran penting dalam kehidupan bermasyarakat. Kemampuan berbahasa dan kemampuan
berpikir saling berpengaruh satu sama lain. bahwa kemampuan berpikir
berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa dan sebaliknya kemampuan berbahasa
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir.
Sumber :
0 Comments