14 Februari 2024, masih jelas teringat dimana hari itu bertepatan dengan momentum ucapan syukur atas pertambahan usia ku yang ke-27 tahun. Di hari itu pula Pastor Nando, Dirdios KAMS menghubungi ku untuk meminta kesediaan menjadi pendamping T-SOM angkatan IV. Pada saat itu saya pun menjawab, bahwa saya tak setangguh pendamping yang lain. Saya juga bahkan merekomendasikan pendamping yang lain, alih-alih agar saya tidak terpilih akan tetapi Pastor pun menjawab bahwa kita semua akan tangguh pada waktunya. Tanpa ragu ku menjawab “baik Pastor, mohon arahan dan bimbingannya”. Dari sinilah dibukalah buku baru kisah Perjalanan T-SOM IV dimulai. Ku sebut buku baru karena layaknya buku yang masih baru dimana buku tersebut masih kosong dan siap untuk ditulis dengan berbagai kisah yang menarik. Layaknya buku ada pula Chapter 1, Chapter 2 dan seterusnya.
Chapter 1 diawali dengan
rasa ragu dan tak percaya diri, muncullah pertanyaan dalam benak ku “apakah
saya bisa menjadi pendamping yang baik?” Puji Tuhan, dengan menjalani proses
yang ada dan mendapat dukungan dari orang-orang terkasih, ku yakini untuk maju
sebagai langkah pertama. Ku percaya bahwa yang terjadi dalam hidup ku ini,
itulah kehendak Tuhan. Tuhan yang pegang
kendali penuh dalam hidup ku ini. I try my best, and let God do the rest.
Proses pendampingan dimulai dengan pertemuan online
via Zoom Meeting. Pertemuan daring
dilakukan dikarenakan salah satu peserta berasal dari Kevikepan Sulawesi
Barat-Mamuju. Tidak dipungkiri selama proses pendampingan secara online
ada saja kendala yang dialami, yakni kendala jaringan satu sama lain ataukah
kegiatan peserta yang mengharuskan pertemuan diundur. Memang benar bahwa
pendampingan secara langsung akan lebih efektif dibandingkan secara daring,
akan tetapi kami sudah berusaha sebaik mungkin untuk menjalani komitmen kami
bersama diawal.
Pertemuan Nasional I di Bandung adalah awal kisah yang akan terukir dalam
kisah perjalanan perutusan. Saya dengan penuh sukacita mengikuti dinamika
Pernas I, sejalan degan tema yang diangkat adalah Bandung Friendship saya
berusaha untuk mengenal dengan baik para peserta dari keuskupan lain. Disinilah
saya belajar bagaimana menahan ego, dan lebih bijaksana dalam mengambil
keputusan. Dinamika di Bandung terasa begitu cepat, tetapi dengan kegiatan yang
ada memberi pengalaman baru dan pelajaran baru. Hal yang paling penting sebagai
peserta T-SOM adalah menulis refleksi, memang tidak mudah untuk merangkai
kata-kata dalam tulisan bahkan menulis dalam bentuk refleksi. Saya pun teringat
bahwa kebiasaan ini, sejak kecil telah ku lakukan hanya saja masih dalam bentuk
menulis buku diary. Apapun yang terjadi dalam hidup ku, ku tuang dalam
bentuk tulisan, tetapi dalam Sekolah Misi Remaja ini saya belajar bahwa menulis
Refleksi lebih pada melihat karya Tuhan yang berkerja dalam hidup ku, bagaimana
Tuhan ingin membentuk ku, dan bagaimana rahmat Tuhan yang terjadi. Saya
menyadari saya masih banyak melakukan kesalahan yang membuat hatiNya terluka,
tetapi Dia mengizinkan ku untuk menerima Aguerah TerindahNya setiap waktu.
Berjumpa dan berinteraksi dengan para peserta, kakak pendamping dan para
Dirdios dalam T-SOM ini adalah anugerah terindah.
Waktu berjalan dengan begitu cepat, proses pendampingan
dan kegiatan-kegiatan di Paroki saya berusaha untuk terlibat. Saya percaya
dengan terlibat, maka ini adalah sebuah panggilan. Setelah pertemuan nasional
yang pertama dilaksanakan, Tuhan Yesus tidak melepaskan ku begitu saja. Pada
saat itu, akhir tahun 2023 saya sebenarnya sedang bergumul karena harus
kehilangan pekerjaan, tetapi saya yakin dan percaya bahwa Tuhan memegang ku,
dan menuntun langkah ku. Berakhirnya kegiatan PERNAS I, dengan cara yang ajaib
Tuhan Yesus menunjukkan jalan dan akhirnya ku mendapat pekerjakan yang
kudoakan. Berkat Bunda Maria sang Penolong Abadi intensi doa ku terwujud. Saya percaya
ketika saya datang pada-Nya melalui perantaraan Bunda Maria, Tuhan Yesus pasti
mendengarkan doa dan harapan ku. Salah satu ayat yang menjadi pedoman saya adalah
injil Lukas 1 : 38 “Sesungguhnya, aku ini hamba Tuhan. jadilah
padaku menurut perkataanmu itu.” Bunda Maria memberi pedoman untuk
berserah penuh pada kehendak Allah dan rendah hati. Apapun yang terjadi bukan
karena kekuatan ku, tetapi karena kemurahan Tuhan.
Pertemuan
Nasional ke II bertempat di Pangkalpinang. Chapter II siap untuk
ditulis. Pada pertemuan kedua ini saya menerima pengalaman iman bagaimana Tuhan
bekerja dalam hidup ku. Rencana-Nya adalah rencana yang terbaik, saya memiliki plan
A, plan B, akan tetapi Tuhan memilki plan C yang terbaik untuk ku.
Dalam kegiatan PERNAS kedua ini saya mendapat pengalaman untuk bekerja di salah
satu tokoh snack. Saya berinteraksi dengan para pegawai dan juga
pembeli, saya menyadari bahwa bekerja keras saja tidak cukup, harus diimbangi
dengan bekerja dengan hati. Bekerja melibatkan Tuhan sangatlah penting,
banyak kemungkinan yang akan terjadi,
bisa saja kita akan dipanggilNya pada saat kita bekerja, sehingga dengan rendah
hati kita memohon keselamatan dan penyertaan selama menjalankan pekerjaan kita.
Setelah mengikuti dinamika PERNAS II ini saya pun diajak untuk lebih dalam
melihat kedalam diri saya sendiri, apakah yang saya lakukan selama ini sudah
menyenangkanNya? Ataukah sebaliknya ?
Perjalanan misi selanjutnya di akhir tahun 2024 bertempat di Manado, dengan tema “Manado Pilgrimage”. Chapter III dan sebagai Chapter akhir dalam perjalanan T-Som IV. Perjalanan misi kali ini adalah perjalanan yang cukup lama dan membutuhkan kesiapan fisik, mental dan hati. PERNAS III berlangsung dari tanggal 21 - 29 Desember 2024. Pengalaman merayakan moment natal tidak bersama dengan keluarga merupakan pengalaman pertama bagi saya. Tema yang diangkat yakni peziarah, saya pun dengan antusias memulai peziarah ini dengan rasa sukacita. Sebelum berangkat ke Manado saya berpikir, “apakah yang bisa saya bawa nanti? persiapan ku sepertinya belum matang untuk kesana.” Tetapi dengan perlahan ku yakin semoga dengan sukacita yang kubawa bisa membawa arti bagi siapa saja yang ku jumpai. Hari demi hari, dinamika yang berjalan hingga tiba saatnya untuk live in di Stasi masing-masing. Saya ditempatkan di Stasi St.Theresia- Parepei. Tuhan Yesus telah mengatur setiap langkah ku, dan langkah kaki ku sampai pada Stasi Parepei. Di Parepei saya bertemu dengan keluarga baru, saya tinggal bersama Oma yang ternyata tinggal sendiri dirumah tersebut, Oma begitu hangat menerima kami, menerima kami layaknya cucu sendiri. Saya sangat bersyukur Tuhan menempatkan saya di rumah Oma, Oma memberi saya pengalaman hidup. Oma berkata bahwa apapun yang terjadi yang paling utama adalah doa, jangan pernah lupa untuk berdoa. Ketika bangun di Pagi hari jangan lupa berdoa dan mengakhiri sepanjang akhir dalam tidur malam jangan lupa untuk berdoa. Perkatan itu bukan hanya sekedar kata-kata saja, saya menyaksikan benar Oma melakukannya. Saat itu, ketika sekitar pukul 5 pagi saya mendengar ada suara sayup-sayup ternyata sumber suara itu adalah dari suara Oma yang sedang berdoa. Saya pun merasa tersentuh dan malu, saya sehat dan mendapat berkat Tuhan yang melimpah, tapi lupa untuk berdoa mengucap syukur padaNya. Umat di Stasi Parepei rata-rata telah memasuki rentang usia lansia, walaupun demikian mereka begitu sigap dan antusias dalam mengikuti seluruh dinamika kegiatan bersama kami.
Quotes :
“Semua perjalanan luar biasa yang
pernah terjadi, selalu berawal dari langkah pertama”
Foto bersama umat di Stasi Parepei - Kec Remboken, Manado - Sulawesi Utara
0 Comments