LANGKAH PERTAMA UNTUK PERJALANAN YANG LUAR BIASA ✨😇🙌


14 Februari 2024, masih jelas teringat dimana hari itu bertepatan dengan momentum ucapan syukur atas pertambahan usia ku yang ke-27 tahun. Di hari itu pula Pastor Nando, Dirdios KAMS menghubungi ku untuk meminta kesediaan menjadi pendamping T-SOM angkatan IV.  Pada saat itu saya pun menjawab, bahwa saya tak setangguh pendamping yang lain. Saya juga bahkan merekomendasikan pendamping yang lain, alih-alih agar saya tidak terpilih akan tetapi Pastor pun menjawab bahwa kita semua akan tangguh pada waktunya. Tanpa ragu ku menjawab “baik Pastor, mohon arahan dan bimbingannya”. Dari sinilah dibukalah buku baru kisah Perjalanan T-SOM IV dimulai.  Ku sebut buku baru karena layaknya buku yang masih baru dimana buku tersebut masih kosong dan siap untuk ditulis dengan berbagai kisah yang menarik. Layaknya buku ada pula Chapter 1, Chapter 2 dan seterusnya.

Chapter 1 diawali dengan rasa ragu dan tak percaya diri, muncullah pertanyaan dalam benak ku “apakah saya bisa menjadi pendamping yang baik?” Puji Tuhan, dengan menjalani proses yang ada dan mendapat dukungan dari orang-orang terkasih, ku yakini untuk maju sebagai langkah pertama. Ku percaya bahwa yang terjadi dalam hidup ku ini, itulah kehendak Tuhan. Tuhan yang pegang kendali penuh dalam hidup ku ini. I try my best, and let God do the rest.

Proses pendampingan dimulai dengan pertemuan online via Zoom Meeting. Pertemuan daring dilakukan dikarenakan salah satu peserta berasal dari Kevikepan Sulawesi Barat-Mamuju. Tidak dipungkiri selama proses pendampingan secara online ada saja kendala yang dialami, yakni kendala jaringan satu sama lain ataukah kegiatan peserta yang mengharuskan pertemuan diundur. Memang benar bahwa pendampingan secara langsung akan lebih efektif dibandingkan secara daring, akan tetapi kami sudah berusaha sebaik mungkin untuk menjalani komitmen kami bersama diawal.

Pertemuan Nasional I di Bandung adalah awal kisah yang akan terukir dalam kisah perjalanan perutusan. Saya dengan penuh sukacita mengikuti dinamika Pernas I, sejalan degan tema yang diangkat adalah Bandung Friendship saya berusaha untuk mengenal dengan baik para peserta dari keuskupan lain. Disinilah saya belajar bagaimana menahan ego, dan lebih bijaksana dalam mengambil keputusan. Dinamika di Bandung terasa begitu cepat, tetapi dengan kegiatan yang ada memberi pengalaman baru dan pelajaran baru. Hal yang paling penting sebagai peserta T-SOM adalah menulis refleksi, memang tidak mudah untuk merangkai kata-kata dalam tulisan bahkan menulis dalam bentuk refleksi. Saya pun teringat bahwa kebiasaan ini, sejak kecil telah ku lakukan hanya saja masih dalam bentuk menulis buku diary. Apapun yang terjadi dalam hidup ku, ku tuang dalam bentuk tulisan, tetapi dalam Sekolah Misi Remaja ini saya belajar bahwa menulis Refleksi lebih pada melihat karya Tuhan yang berkerja dalam hidup ku, bagaimana Tuhan ingin membentuk ku, dan bagaimana rahmat Tuhan yang terjadi. Saya menyadari saya masih banyak melakukan kesalahan yang membuat hatiNya terluka, tetapi Dia mengizinkan ku untuk menerima Aguerah TerindahNya setiap waktu. Berjumpa dan berinteraksi dengan para peserta, kakak pendamping dan para Dirdios dalam T-SOM ini adalah anugerah terindah.

Waktu berjalan dengan begitu cepat, proses pendampingan dan kegiatan-kegiatan di Paroki saya berusaha untuk terlibat. Saya percaya dengan terlibat, maka ini adalah sebuah panggilan. Setelah pertemuan nasional yang pertama dilaksanakan, Tuhan Yesus tidak melepaskan ku begitu saja. Pada saat itu, akhir tahun 2023 saya sebenarnya sedang bergumul karena harus kehilangan pekerjaan, tetapi saya yakin dan percaya bahwa Tuhan memegang ku, dan menuntun langkah ku. Berakhirnya kegiatan PERNAS I, dengan cara yang ajaib Tuhan Yesus menunjukkan jalan dan akhirnya ku mendapat pekerjakan yang kudoakan. Berkat Bunda Maria sang Penolong Abadi intensi doa ku terwujud. Saya percaya ketika saya datang pada-Nya melalui perantaraan Bunda Maria, Tuhan Yesus pasti mendengarkan doa dan harapan ku. Salah satu ayat yang menjadi pedoman saya adalah injil Lukas 1 : 38 “Sesungguhnya, aku ini hamba Tuhanjadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Bunda Maria memberi pedoman untuk berserah penuh pada kehendak Allah dan rendah hati. Apapun yang terjadi bukan karena kekuatan ku, tetapi karena kemurahan Tuhan.

Pertemuan Nasional ke II bertempat di Pangkalpinang. Chapter II siap untuk ditulis. Pada pertemuan kedua ini saya menerima pengalaman iman bagaimana Tuhan bekerja dalam hidup ku. Rencana-Nya adalah rencana yang terbaik, saya memiliki plan A, plan B, akan tetapi Tuhan memilki plan C yang terbaik untuk ku. Dalam kegiatan PERNAS kedua ini saya mendapat pengalaman untuk bekerja di salah satu tokoh snack. Saya berinteraksi dengan para pegawai dan juga pembeli, saya menyadari bahwa bekerja keras saja tidak cukup, harus diimbangi dengan bekerja dengan hati. Bekerja melibatkan Tuhan sangatlah penting, banyak  kemungkinan yang akan terjadi, bisa saja kita akan dipanggilNya pada saat kita bekerja, sehingga dengan rendah hati kita memohon keselamatan dan penyertaan selama menjalankan pekerjaan kita. Setelah mengikuti dinamika PERNAS II ini saya pun diajak untuk lebih dalam melihat kedalam diri saya sendiri, apakah yang saya lakukan selama ini sudah menyenangkanNya? Ataukah sebaliknya ?

Perjalanan misi selanjutnya di akhir tahun 2024 bertempat di Manado, dengan tema “Manado Pilgrimage”. Chapter III dan sebagai Chapter akhir dalam perjalanan T-Som IV. Perjalanan misi kali ini adalah perjalanan yang cukup lama dan membutuhkan kesiapan fisik, mental dan hati. PERNAS III berlangsung dari tanggal 21 - 29 Desember 2024. Pengalaman merayakan moment natal tidak bersama dengan keluarga merupakan pengalaman pertama bagi saya. Tema yang diangkat yakni peziarah, saya pun dengan antusias memulai peziarah ini dengan rasa sukacita. Sebelum berangkat ke Manado saya berpikir, “apakah yang bisa saya bawa nanti? persiapan ku sepertinya belum matang untuk kesana.” Tetapi dengan perlahan ku yakin semoga dengan sukacita yang kubawa bisa membawa arti bagi siapa saja yang ku jumpai.  Hari demi hari, dinamika yang berjalan hingga tiba saatnya untuk live in di Stasi masing-masing. Saya ditempatkan di Stasi St.Theresia- Parepei. Tuhan Yesus telah mengatur setiap langkah ku, dan langkah kaki ku sampai pada Stasi Parepei. Di Parepei saya bertemu dengan keluarga baru, saya tinggal bersama Oma yang ternyata tinggal sendiri dirumah tersebut, Oma begitu hangat menerima kami, menerima kami layaknya cucu sendiri. Saya sangat bersyukur Tuhan menempatkan saya di rumah Oma, Oma memberi saya pengalaman hidup. Oma berkata bahwa apapun yang terjadi yang paling utama adalah doa, jangan pernah lupa untuk berdoa. Ketika bangun di Pagi hari jangan lupa berdoa dan mengakhiri sepanjang akhir dalam tidur malam jangan lupa untuk berdoa. Perkatan itu bukan hanya sekedar kata-kata saja, saya menyaksikan benar Oma melakukannya. Saat itu, ketika sekitar pukul 5 pagi saya mendengar ada suara sayup-sayup ternyata sumber suara itu adalah dari suara Oma yang sedang berdoa. Saya pun merasa tersentuh dan malu, saya sehat dan mendapat berkat Tuhan yang melimpah, tapi lupa untuk berdoa mengucap syukur padaNya. Umat di Stasi Parepei rata-rata telah memasuki rentang usia lansia, walaupun demikian mereka begitu sigap dan antusias dalam mengikuti seluruh dinamika kegiatan bersama kami.

Quotes :

“Semua perjalanan luar biasa yang pernah terjadi, selalu berawal dari langkah pertama”


                Foto bersama umat di Stasi Parepei - Kec Remboken, Manado - Sulawesi Utara


                                       





Post a Comment

0 Comments